Social Icons

Minggu, 25 Mei 2014

Rawa Kehidupan

Pada tahun 2011 ketika dia masih peserta pemuda pembinaan Australia dan bekerja sebagai sukarelawan, anak saya Linda McRae mengunjungi desa Tapanggaya di Konawe Utara, Sulawesi. Dia sangat terkejut atas pengrusakan mata air, perikanan dan kesuburan tanah yang disebabkan oleh pertambangan. 
Ketika mengunjungi desa-desa Linomoyo dan Bendewuta dia mendengar permohonan untuk pertambangan batu kapur dekat rawa Porara, tempat pencarian nafkah masyarakat. Linda tidak ingin apa yang terjadi di Tapanggaya, terjadi di rawa Poraya. Oleh karena itu, dia membuat film untuk menyadarkan kepentingan rawa Porara untuk kehidupan dan pencarian masyarakat sehari-hari.

Pada 27 Januari 2012, sebelum film diselesaikan Linda meninggal dunia dari tumor otak. Saya ke Indonesia di bulan Juni 2012 untuk mengunjungi tempat-tempat di mana Linda pernah, tinggal dan bertemu dengan orang-orang yang berteman dengan Linda. Juga untuk bertemu LSM LePMIL dan membantu mereka untuk menyelesaikan film Linda. 

Filmnya berjudul Rawa Kehidupan sudah diselasaikan, sama seperti yang Linda inginkan. Itu tentang kehidupan para nelayan di rawa Porara dan kepentingan lingkungan untuk masyarakat. Linda ingin menunjukkan film ini kepada masyarakat jadi mereka sadar dan tidak menjual tanahnya kepada pertambangan atau penanaman kelapa sawit yang akan mengancam kerusakan rawa Porara.

Pada bulan agustus saya berkunjung ke Bendewuta dan Linomoyo dengan  crew LePMIL untuk pengambilan gambar rawa kehidupan, oleh karna pembuatan film ini banyak diskusi tentang hal hal masa depan pendapatan perekonomian masyarakat. Bapak sumardin kepala desa Bendewuta, mengerti tentang perbedaan pendapatan dari pemeliharaan dan penjagaan lingkungan  bekelanjuta daripada hasil penjualan tanah yang merusakan lingkungan. Oleh karena film yang di buat linda masyarakat mengerti tentang isu isu pengrusakan lingkungan. Saya percaya bahwa rawa Porara akan terlindungi  oleh bimbingan kepala desa dan pemerintah setempat.

Film Rawa Kehidupan
Setelah film di putar di kendari, nasihat  dari penayangan film dan LSM adalah film tersebut seharusnya menceritakan tentang bagaimana pentingnya rawa, hutan dan pegunungan menyatu. Yasril, pimpinan LSM LePMIL, dan saya percaya bahwa film sudah berhasil seperti yang Linda inginkan, walaupun ada banyak kesempatan untuk lebih mendidik masyarakat. Dengan melakukan penelitian selanjutnya dan mengambil pengambaran lagi agar film itu bisa menjadi cerita tentang penjagaan lingkungan dan bisa digunakan sebagai program pemeliharaan lingkungan, regionaldan nasionalbahkan mungkin internasionalJadi warisan Linda untuk LePMIL bisa menjadi itempenting untuk Indonesia dalam lingkungan dan juga mendorong kolaborasi antara LSM lokal.

800 dolar tetap dari total 4.000 dolar disumbangkan ke Linda McRae Dreaming, termasuk 500 dolar dari kemurahan hati majalah Taman Bumi. Kami telah menunggu uang lain yang dimiliki Linda di rekening bank Indonesianya di atas nama teman terpercaya. Sayangnya tampaknya kepercayaannya pada temannya itu tidak baik karena uang Linda tidak di kembalikan. Akhirnya saat ini kita tidak dapat menggantikan kamera film yang lama dan tidak dapat diandalkan LePMIL dengan model yang baru yang sesuai dengan komputer Apple baru dan software Final Cut yang dibeli oleh Austraining. Namun Yasril berencana untuk menulis proposal untuk memintah dana yang akan memastikan penelitian dan pembuatan film pada masa depan.

Walaupun Linda hanya ada 2 perjalanan ke Linomoyo dan Bendewuta dan tinggal 10 hari saja, dia membuat kesan yang sangat kuat bahwa dia memiliki banyak teman akrab, semuanya terkejut dan sedih mendengar kematian Linda yang tiba-tiba. Sumardin masih memiliki tongkat pengukur, yang digunakan oleh Linda dan kru LePMIL untuk mengukur tingkat air untuk proyek hidro potensial, yang Linda memintanya untuk menjaga sampai dia kembali.

Ekeng, sutradara film LePMIL, bertanya kepada teman Lina yang bernama Risa untuk membantu dengan film memorial Linda. Setelah melihat materi, Risa memilih "Another Day" dengan Dream Theater sebagai musik latar belakang untuk menginspirasi orang lain untuk memenuhi impian Linda. Kurangnya penerjemah telah menyebabkan keterlambatan dalam penyelesaian cerita ini.

Pemimpin Komunitas Bendewuta, Bapak Taufik, menantang saya untuk belajar Bahasa Indonesia jadi saya bisa kembali untuk berbicara dengan masyarakat. Saya harap saya bisa mencapai standar yang wajar dalam Bahasa sehingga saya bisa melakukan itu, juga untuk membantu staf LePMIL untuk belajar Bahasa Inggris dan mengembangkan potensi Rawa Kehidupan. Proyek lain yang penting bagi saya adalah memiliki tesis Linda, namanya “Resistance”, pertanyaan tentang pemerintahan dan pembangunan di Jawa Timur hutan kemasyarakatan (2009), tersedia dalam Bahasa Inggris dan Indonesia di website LePMIL itu.

Dengan cara ini saya bisa memastikan bahwa nama Linda tidak akan terlupakan di negara yang dia cintai.

Jo McRae.
Untuk menyumbang ke “Linda McRae Dana Bermimpin” telusurihhttp://www.heavenaddress.com 
Semua sumbangan akan digunakan untuk kemanfaatan lingkungan di Sulawesi Tenggara.
Terlampir Foto: 

Linda di prahu dengan nelayan dan ikan 

tangkapannya di Rawa Porara

film penutup Rawa Kehidupan  

Rawa Porara dan tebing kapur



Artikel : LePMIL

0 komentar:

Posting Komentar

 

Contact Us

LEMBAGA PENGEMBANGAN MASYARAKAT PESISIR DAN PEDALAMAN (LePMIL) SULTRA
Jl. Bunga Wijaya Kusuma No. 4 Kelurahan Lahundape, Kecamatan Kendari, Kota Kendari – Sulawesi Tenggara
Telephone / Fax : 0401 3122344.
e-mail : lepmil.sultra@gmail.com, lepmilsoutheastsulawesi@gmail.com


Thank You to Site my Web

this is Blog by LSM LePMIL (Lembaga Pengembangan Masyarakat Pesisir & Pedalaman)